Friday, February 11, 2011

Prequel pt.1

Orang bilang cinta itu indah...
tapi membingungkan dan menyakitkan...
-;-

Aku raja negeri ini. Aku baru naik takhta sejak kematian ayahku, sang raja terdahulu. Aku berusaha sebaiknya dalam memerintah, menjadi bijaksana dan adil supaya aku menjadi raja yang dicintai rakyatnya. Rakyatku begitu menghormati aku. Semua perintah dan kehendakku akan dipenuhi. Yah, aku memiliki hampir segalanya, harta, kekuasaan, semua yang diinginkan, dan terlebih lagi aku adalah seorang raja. Tetapi tidak dengan satu hal, aku belum menemukan cintaku yang sejati....



Hari ini mendung. Hujan turun rintik-rintik. Aku terpaku sendiri di kamarku. Entah mengapa hari ini aku merasa lelah sekali. Menjadi raja sebenarnya bukan pekerjaan sulit. Sepanjang hari aku hanya perlu duduk di atas singgahsana dan mendengarkan laporan dari perdana menteriku tentang keadaan kerajaan , segala keluh kesah rakyatku, atau dari panglimaku tentang kerajaan tetangga yang ingin menyerang kerajaanku... Aku hanya perlu duduk dan mendengarkan, berpikir sejenak tentang kebijakan yang harus dilakukan dan sesekali tampil di depan rakyatku untuk memberikan wejangan. Menjadi raja tidak sulit, bukan? Namun entah mengapa aku merasa lelah... Pikirankupun mulai melayang entah ke mana. Aku pun teringat akan ayahku. Sesaat sebelum kematiannya, ia berpesan kepadaku supaya mewarisi tahktanya, menjadi raja yang baik dan sesegera mungkin mencari seorang gadis yang sepadan denganku untuk menjadi permaisuriku. Ah, aku pun menyadari kesendirianku. Sejak ayahku meninggal, aku seorang diri memerintah negeri ini. Ibuku sudah lama meninggal, dan ayahku pun baru saja pergi.. Aku termenung sesaat sampai sebuah suara membuyarkan lamunanku..


"Yang Mulia Raja, maaf menganggu waktu istirahat Yang Mulia."

Ah, seorang pelayanku rupanya.

"Tidak apa-apa. Apa keinginanmu datang ke sini?" tanyaku.

"Saya ingin menyampaikan bahwa tuan perdana menteri ingin bicara dengan Yang Mulia.." katanya.

"Baiklah," jawabku. "Katakan padanya untuk menemuiku di ruang takhta sekarang juga.."

"B..baik, Yang Mulia.."katanya sambil memberi hormat dan iapun berlalu dari hadapanku.

Setelah pelayanku pergi aku pun bergegas menuju ke ruang takhta. Di sana kutemukan sang perdana menteri berdiri di dekat singgahsanaku. Melihat aku datang, ia pun segera memberi hormat padaku.

"Yang Mulia Raja.." katanya.

"Apa yang hendak kau bicarakan padaku, wahai Perdana Menteri? Tahukah kau bahwa aku sedang beristirahat?" tanyaku kepadanya.

"Maafkan atas kelancangan hamba, Yang Mulia. Hamba sungguh tidak bermaksud untuk mengaggu Yang Mulia, tetapi ada suatu hal penting yang harus saya sampaikan segera.."
"Apakah itu? Katakan padaku segera.."

"Yang Mulia, negeri di seberang lautan hendak meluaskan wilayah kekuasaannya sampai ke negeri kita ini.." katanya pelan.

"Lalu, apa masalahnya? Mereka hendak menyerang negeri ini?"tanyaku cepat.

"Bukan hanya itu, Yang Mulia. Mereka hendak menawarkan cara damai. Apabila Yang Mulia Raja bersedia menikahi putri Sang Raja negeri itu, maka penyerangan akan dibatalkan... Lebih dari itu, Yang Mulia juga akan memperoleh kekuasaan atas seperempat wilayah negeri itu."

"Hmm..jadi, maksudmu, jika aku menikahi putri itu maka negeri itu akan selamat dan wilayah kerajaan kita akan bertambah luas?"

"Benar, Yang Mulia.. Menurut hamba, ada baiknya Yang Mulia menerima tawaran ini. Puteri negeri itu dikatakan sangat cantik parasnya. Tentu ia pantas menjadi Permaisuri Yang Mulia.
Selain itu, negeri itu juga terkenal akan armada perangnya yang sangat kuat. Seandai-andainya mereka benar-benar menyerang negeri ini, hamba tak yakin kekuatan perang yang kita miliki dapat menaklukan mereka.." katanya lagi.

"Hmm..hal ini akan kupertimbangkan dulu, Perdana Menteri. Memenuhi tawaran mereka tentu akan memberikan keuntungan yang besar bagi kerajaan ini. Tapi sejujurnya aku tak yakin bahwa hal itu adalah yang terbaik bagi negeri ini. Aku khawatir jika aku menerima tawaran ini akan timbul masalah lain lagi, yang lebih besar daripada jika negeri ini diserang mereka. "

"Baik, Yang Mulia. Jika itu Yang Mulia kehendaki, hamba mohon diri.." katanya sembari memberi hormat. Kemudian ia pun pergi berlalu dari hadapanku..

-;-


AN: Blog ini sudah lama tak diupdate ya... Karena ch 4 blm ada maka saya upload dulu post ini yang sebenernya rencananya jadi ch 1 tapi gak jadi karena terlalu panjang dr inti masalahnya..wkwk
Enjoy!